Selama seribu tahun lebih, topi seleksi telah mengenali fikiran para murid Hogwarts. Sekarang, para muggle telah mulai menemukan jawaban tentang bagaimana topi tersebut berfungsi. Mereka telah dapat mempelajari proses-roses dalam otak hidup, sampai peristiwa-peristiwa yang hanya berlangsung seperseribu detik, menggunakan pemindai tubuh generasi terbaru. Mereka dapat melihat ingatan yang sedang di jalin pada karingan sel-sel otak. Tidaklah mengada-ada mengharapkan bahwa pada suatu hari nanti pemindai dapat memetakan apa yang terjadi ketika otak seorang murid berubah semasa pendidikan, otak muda mungkin awalnya kosong melompong, penuh udara, bulu-bulu dan lalat mati, sedangkan otak terpelajar akan jadi terisi penuh fakta-fakta sihir,mantera-mantera dan jampi-jampi.
Mungkin saja topi seleksi membaca fikiran dengan mengukur perubahan pesat medan magnet hasil aktivitas listrik yang timbul dalam otak sadar. Cara membaca fikiran ini disebut magnetoensefalografi atau MEG, dimana ia merekam sinyal-sinyal magnetis yang timbul saat arus listrik mengalir di sepanjang sel-sel saraf. Magnetoensefalografi yang pertama kali diperlihatkan pada 1968 itu punya kelebihan dibanding elektroensefalografi (EEG), suatu cara tradisional yang menggunakan elektroda-elektroda yang ditempelkan pada kulit kepala untuk mendeteksi percikan aktivitas listrik yang timbul saat sel-sel otak bekerja. EEG tidak dapat memastikan lokasi arus secara tepat karena sinyalnya dikaburkan oleh jaringan tubuh yang dilalui. Tapi bagian medan magner seolah-olah tak ada tengkorak atau kulit kepala yang bisa menghalangi.
Yang jadi soal adalah bahwa medan-medan magnet tersebut begiti kecil sehingga untuk mendeteksiknya dengan teliti diperlukan piranti interferensi kuantum superkonduktor (superconducting quantum interference device). Atau squid, alat pengukur paling peka yang di kenal sains. Mungkin topi seleksi menggunakan sejumlah squid untuk membaca fikiran Harry.
Squid bisa mengubah perubahan medan magnet yang ditimbulkan oleh otak hidup menjadi perubahan tegangan listrik yang terus menerus berubah, demikian penjelasan ahli MEG Ritta Samelin dari Helsinki Universuty of Tecnology di Finlandia. “Tegangan listrik lebih gampang diukur dengan tepat sedangkan perubahan magnetic tidak, dan itulah sebabnya squid begitu penting.” Setiap squid terdiri dari cincin dari bahan yang disebut superkonduktor, yang dapat melenyapkan segala hambatan listrik, dan diantaranya diletakkan dua lapisan tipis penghambat yang dikenal sebagai ‘pembatas lorong’ (tunner barrier). Lapisan penghambat yang disebut ‘persimpangan josephson’ (Josephson Junction) itu dinamai sesuai dengan ahli fisika Inggris Brian Josephson, yang memenangi hadiah Nobel karena penelitiannya semasa jadi mahasiswa pascasarjana di Cambridge. Menggunakan bidang mekanika kuantum, ia memperkirakan bahwa listrik-pada suatu superkonduktor, berbentuk pasangan elekrtron- dapat ‘membuat lorong’ menembus persimpangan pada cincin superkonduktor, membuat arus bisa mengalir. Ketika arus listrik dialirkan secara paralel menembus dua persimpangan, ternyata tegangan yang di hasilkanya sangat peka terhadap medan magnet yang sangat kecil, bahkan terhadap medan magnet yang dibangkitkan oeh aktivitas listrik dalam otak hidup Harry Potter. Ketika Harry berfikir, sel-sel sarafnya membangkitkan arus listrik yang lantas menghasilkan medan magnet dan medan listrik. Medan magnet yang terpancar dari kepala Harry mempengaruhi pasangan electron yang beredar di beberapa squid dalam topi seleksi. Karena mekanikan kuantum mengatakan bahwa semua pasangan electron dalam tiap squid bertindak seragam (dalam jargon kuantum, semua electron tersebut berada dalam ‘keadaan kuantum yang sama), maka electron-elektron itu mengubah perubahan kecil pada medan magnet dalam otak Harry menjadi perubahan tegangan listrik yang dapat dideteksi dengan kepekaan yang tak tertandingi alat lain.
Walaupun ternologi muggle sekarang belum bisa membaca fikiran-fikiran tertentu yang lewat dalam benak kita, hasil pindaian dapat mengatakan apa yang kita fikirkan sampai batas waktu tertentu, menurut Salmelin, mengacu pada berbagai usaha untuk melatih para penderita paraplegia (kelumpuhan tubuh bagian bawah) untuk menghasilkan pola-pola otak tertentu yang dapat digunakan untuk menggerakan kursor di layar, atau bahkan bagian tubuh buatan. Contoh lain pembaca fikiran kecil-kecilan muncul dalam suatu perubahan yang dilakukan Salmelin pada seorang ilmuan otak terkenal. “ia berfikir tentang bermain piano, menulis dengan tangan kiri dan seterusnya. Ia tidak memberitahukan tugas mana dulu yang mau dilakukannya, tapi asalkan kami tahu apa saja pilihan tugasnya, kami dapat menyebutkan berdasarkan sinyal MEG tugas mana yang sedang dikerjakannya.”
Tetapi mendeteksi aktivitas otak saja belum cukup. Masalahnya adalah bagaimana mengisolasi aktivitas otak tertentu yang mewakili pemikiran “Saya ingin anggota Gryffindor” dari segala sinyal magnetis lain, hiruk pikuk yang ditimbulkan fikiran-fikiran lain yang berseliweran, aktivitas rutin otak, dan seterusnya. Bahkan jika suatu sinyal jernih dapat ditangkap diantara segala ‘kegaduhan’, sekarang ini kita belum bisa memetakan kaitan tiap jenis fikiran dengan pola aktivitas sel tertentu.
Akan tetapi suatu hari nanti, dengan kekuatan computer yang memadai dan model cara kerja otak yang lebih baik, pembacaan fikiran seperti itu boleh jadi dapat benar-benar dilakukan. “Yang terpenting adalah belajar membuat model otak dan cara otak ‘berfikir’ dan kemudian sanggup membuat progam pembelajaran (didalam computer yang sangat super!) yang dapat menghasilkan sinyal-sinyal otak.” Kata Salmelin. Meski demikian saat pencapaian tersebut dimungkinkan secara teori, para ilmuan mungkin saja akan menyimpulkan bahwa mereka makin jauh lagi dari kemungkinan mewudjudkannya apabila sudah sepenuhnya memahami kerumitan otak yang mengejutkan itu. Setiap kemenangan besar petualangan dalam fikiran selalu saja melahirkan pertanyaan-pertanyaan baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar